Negara ini menghadapi pemadaman listrik terburuk dalam beberapa bulan karena topan mematikan memaksa penutupan kedua terminal LNG terapungnya.
Bangladesh menghadapi pemadaman listrik terburuk dalam lebih dari tujuh bulan karena topan mematikan memaksa penutupan kedua terminal gas alam cair (LNG) terapungnya kurang dari sebulan setelah gelombang panas yang membakar menyebabkan pemadaman yang meluas di negara Asia Selatan itu.
Topan Mocha, salah satu badai terkuat yang melanda wilayah itu dalam beberapa tahun, mendarat di negara tetangga Myanmar di selatan Bangladesh selama akhir pekan.
Jutaan warga Bangladesh sering mengalami pemadaman listrik dalam beberapa bulan terakhir karena pola cuaca yang tidak menentu dan harga energi global yang tinggi membuat pasokan bahan bakar ke pembangkit listrik tidak dapat diandalkan.
Pemadaman telah membuat marah penduduk, yang menyebabkan protes di seluruh negeri dalam beberapa bulan terakhir.
“Kami mengalami pemadaman listrik setiap jam dan hampir tidak ada gas untuk memasak. Hidup menjadi menyakitkan,” kata Sumi Akhter, yang tinggal di pinggiran ibu kota, Dhaka.
Zainul Abdin Farroque, seorang pemimpin senior oposisi utama Partai Nasionalis Bangladesh, menuduh pemerintah tidak berbuat cukup untuk memastikan pasokan listrik yang dapat diandalkan meskipun tarif naik.
“Saya di desa saya sekarang dan listrik hanya menyala selama 57 menit selama 24 jam terakhir,” kata Farroque.
Gas alam menyumbang lebih dari setengah pembangkit listrik tahunan Bangladesh, dan negara yang haus energi itu semakin rentan terhadap guncangan terkait harga dan pasokan karena cadangan gas domestiknya telah menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir.
Pasokan listrik sekitar 17 persen kekurangan permintaan pada hari Senin sementara kekurangan lebih dari 14 persen pada hari Minggu, data dari operator jaringan Bangladesh menunjukkan. Kekurangan terburuk terlihat setelah tengah malam, data menunjukkan.
Terminal Summit LNG Bangladesh, yang kembali beroperasi Senin malam, akan meningkatkan pasokan sebesar dua pertiga menjadi 500 juta kaki kubik standar per hari (mmscfd) pada Selasa, kata ketua perusahaan gas nasionalnya.
Unit LNG terapung Bangladesh lainnya, terminal LNG Moheshkhali, akan melanjutkan operasi “dalam beberapa hari ke depan”, kata ketua Petrobangla Zanendra Nath Sarker kepada kantor berita Reuters. Terminal LNG Moheshkhali dioperasikan oleh Excelerate Energy.
Dimulainya kembali pasokan dari terminal diharapkan memberikan kelonggaran dari pemadaman listrik, sebelum suhu melonjak di paruh kedua puncak musim panas bulan Mei, yang berpotensi semakin membebani jaringan.
Tiga kapal LNG yang dikirim oleh Petrobangla, yang dijadwalkan tiba minggu ini, tertunda karena cuaca buruk, kata Sarker.
Kapal pertama akan tiba pada 18 Mei, bukan 13 Mei. Dua lainnya yang jatuh tempo pada 16 Mei dan 20 Mei telah ditunda, katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.