Perjanjian biji-bijian Laut Hitam akan berakhir pada 18 Mei kecuali Rusia menyetujui pembaruannya.
Ukraina pada hari Selasa meminta kekuatan dunia untuk menekan Rusia karena masa depan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam yang akan segera berakhir masih belum jelas.
Sebelumnya, Sekjen PBB Antonio Guterres mengusulkan “jalan ke depan yang bertujuan untuk meningkatkan, memperluas dan memperluas” perjanjian, yang akan berakhir pada 18 Mei, dalam sebuah surat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Penasihat presiden Ukraina Mikhail Podolyak mendukung surat itu, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa inisiatif Guterres hanya dapat berhasil “jika masyarakat internasional bersama-sama menekan Rusia”.
“Ukraina, di sisi lain, akan terus mengikuti perjanjian dengan Turki dan PBB dan akan terus mengirimkan kargo biji-bijian ke tujuan mereka, menyelesaikan masalah pasokan pangan global,” tambahnya.
Guterres meminta Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov untuk mengirimkan surat itu kepada Putin setelah bertemu di markas besar PBB pada Senin.
Lavrov mengatakan Moskow akan mempelajari surat itu.
Transaksi biji-bijian
Perjanjian tersebut ditengahi oleh Turki dan PBB Juli lalu untuk memungkinkan Ukraina melanjutkan ekspor biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitamnya; sejak itu telah diperbarui dua kali.
Wartawan yang berbasis di Moskow Yulia Shapovalova mengatakan negosiasi terus berlanjut, karena Guterres menganggap “kekhawatiran Moskow tentang pasokan pupuk makanan,” salah satu hambatan utama yang dikutip oleh Rusia.
“Pada 14 April, Kementerian Luar Negeri Rusia mengumumkan lima syarat untuk memperpanjang perjanjian biji-bijian, termasuk menghubungkan bank pertanian Rusia dengan sistem pembayaran SWIFT,” katanya kepada Al Jazeera.
Moskow juga telah meminta dimulainya kembali pasokan ke Rusia, seperti mesin pertanian dan suku cadang, serta pencabutan pembatasan asuransi untuk kapal Rusia, tambah Shapovalova.
Kremlin mengatakan pada hari Selasa bahwa kekurangan pasokan makanan global tidak dapat sepenuhnya disalahkan pada Rusia dan Ukraina, dan menegaskan kembali bahwa kesepakatan itu tidak berhasil untuk Moskow.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan: “Terlepas dari kenyataan bahwa begitu banyak waktu telah berlalu, (kesepakatan) belum dilaksanakan, itu belum menjadi satu paket, kondisi yang masih belum kami sadari.”
“Oleh karena itu, meskipun keadaan tidak sejalan dengan kesepakatan ini, kami terus mengamatinya.”
Kementerian pertahanan Rusia menuduh Ukraina menggunakan koridor biji-bijian untuk menyerang kapal-kapal Rusia di Laut Hitam, sementara mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengancam penarikan Moskow jika negara-negara G7 melarang ekspor ke Rusia.