Ibrahim Traore berbicara tentang konflik di wilayah Sahel, tetapi menyangkal bahwa tentara bayaran Rusia membantu pemerintahnya melawan pemberontak.
Presiden sementara Burkina Faso, Ibrahim Traore, mengatakan pada hari Kamis bahwa Rusia telah menjadi sekutu strategis yang penting, tetapi membantah bahwa tentara bayaran Rusia mendukung pasukan Burkinabe dalam perjuangan mereka melawan kelompok bersenjata yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIL (ISIS).
Hubungan Ouagadougou dengan Moskow menjadi sorotan saat sentimen anti-Prancis meningkat di beberapa bagian wilayah tersebut. Pada Februari, negara Afrika Barat itu mengusir pasukan Prancis setelah mengakhiri perjanjian yang memungkinkan Prancis melawan kelompok bersenjata di sana sejak 2013.
Selama wawancara televisi yang jarang terjadi pada hari Kamis, Traore ditanya tentang sekutu internasional Burkina Faso dalam konflik yang telah menewaskan ribuan orang dan membuat sekitar 2,5 juta orang mengungsi di wilayah Sahel yang lebih luas selama dekade terakhir.
“Kepergian tentara Prancis bukan berarti Prancis bukan sekutu,” jawab Traore. “Tapi kami juga memiliki sekutu strategis. Kami memiliki bentuk kerjasama baru. Rusia, misalnya, adalah sekutu strategis.”
Dia mengatakan Rusia adalah pemasok utama peralatan militer dan akan tetap demikian tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
“Saya puas dengan kerja sama dengan Rusia. Jujur saja,” ujarnya sambil duduk di kursi berornamen berseragam militer dan baret.
Negara-negara Barat mengkhawatirkan pengaruh Rusia yang meningkat di Sahel dan wilayah sekitarnya. Prancis menarik pasukannya dari Mali tahun lalu setelah pemerintah militer di sana mulai bekerja sama dengan kontraktor militer Rusia Wagner Group untuk melawan kelompok bersenjata.
Prancis telah ada sejak 2013, tetapi kegagalan membasmi pemberontak telah menyebabkan kekecewaan Mali terhadap bekas penjajah mereka.
Traore diminta mengomentari laporan bahwa pasukan Wagner juga berada di lapangan di Burkina Faso.
Presiden Ghana Nana Akufo-Addo mengklaim pada bulan Desember bahwa tetangganya telah menyewa tentara bayaran, dan Burkina Faso memanggil duta besar Ghana untuk memprotes.
“Tentara kita bertempur sendirian,” kata Traore. “Kehadiran Wagner diciptakan untuk merugikan Burkina, agar negara-negara tidak bekerja sama dengan kami.”
Ketidakstabilan di Burkina Faso tahun lalu menghasilkan dua kudeta oleh militer, yang bersumpah untuk merebut kembali kendali negara tersebut namun sejauh ini gagal menghentikan serangan.
Kerusuhan di wilayah itu dimulai di negara tetangga Mali pada 2012 ketika pemberontak membajak pemberontakan separatis Tuareg. Kekerasan sejak itu telah menyebar ke Burkina Faso dan Niger, dan para ahli telah memperingatkan hal itu dapat membuat negara-negara pesisir semakin tidak stabil.