Kematian akibat tanah longsor adalah yang terbaru dalam serentetan insiden tragis yang terkait dengan hujan deras berulang kali di beberapa bagian Afrika Timur.
Sepuluh orang tewas semalam dalam tanah longsor di wilayah Lubero Republik Demokratik Kongo timur di provinsi Kivu Utara, kata pihak berwenang setempat, korban tambahan dari hujan lebat baru-baru ini yang telah menewaskan ratusan orang dalam banjir di wilayah yang lebih luas. .
Hujan baru-baru ini mengendurkan tanah di atas bukit di atas sebuah desa di daerah Vuveyi Lac, mengubur para korban saat mereka tidur di bawah rumah mereka, kata Alain Kiwewa, administrator militer Lubero.
“Sampai sekarang, jenazah masih berada di bawah tanah. Pekerjaan sedang dilakukan untuk mengeluarkan mereka,” katanya melalui telepon.
Sementara itu, sedikitnya enam orang tewas dalam tanah longsor di tambang Songambele dekat kota Rubaya di daerah Masisi, provinsi Kivu Utara, kata Menteri Komunikasi Patrick Muyaya pada Senin, menurut media lokal Radio Okapi.
Hampir 100 penambang terjebak di reruntuhan, kata laporan itu, mengutip sumber dari pemerintah setempat.
Pada saat yang sama, pihak berwenang di daerah Kalehe di provinsi tetangga Kivu Selatan masih menggali lumpur untuk menemukan mayat dari banjir mematikan yang menewaskan lebih dari 400 orang.
Presiden Felix Tshisekedi mengumumkan hari berkabung nasional pada Senin untuk memperingati bencana tersebut.
Pada Rabu pagi, jumlah korban tewas adalah 426 dengan sekitar 1.000 orang masih hilang, menurut Desire Yuma Machumu, kepala Palang Merah Kivu Selatan.
Pekerja bantuan diperkirakan akan tetap berada di daerah pegunungan terpencil selama beberapa minggu dan sedang mempersiapkan kemungkinan wabah kolera, yang menimbulkan risiko besar bagi korban karena kurangnya sanitasi, katanya.
Kemiskinan dan infrastruktur yang buruk telah membuat komunitas ini lebih rentan terhadap cuaca ekstrem seperti hujan lebat, yang semakin sering dan intens di Afrika karena perubahan iklim, menurut pakar iklim PBB.
Hujan yang berulang kali baru-baru ini juga telah menaikkan permukaan air di wilayah yang lebih luas, meningkatkan kemungkinan banjir, kata insinyur meteorologi dan hidrologi Theodore Lokakao Ilemba.
“Di mana-mana di Kongo dan di Rwanda, memperburuk (dampak) curah hujan dan semua masalah yang sudah ada sebelumnya seperti drainase air dan penggunaan lahan,” katanya.
Hujan juga menyebabkan banjir dan tanah longsor di negara tetangga Rwanda pekan lalu, menewaskan 130 orang dan menghancurkan lebih dari 5.000 rumah.